Liputan-NTT.Com - Kupang,- Ketua Pertina NTT Dr. Semuel Haning, SH,. MH.,C.Me., C.Parb, atlet berkeringat dan berdarah-darah di atas ring berjuang untuk mendapatkan prestasi demi kepentingan daerah tetapi tidak ada kucuran dana.
Demikian disampaikan oleh Ketua Pertina NTT Semuel Haning saat jumpa pers di ruang kerjanya pada Jumat, (27/10/2023).
Dalam jumpa pers tersebut Paman Sam sapaan akrabnya menyampaikan bahwa sebagai penanggung jawab tinju pra-PON yang dilaksanakan dan sudah berjalan beberapa hari dengan baik dan aman hanya belum ada dana dari pemerintah.
Pelaksanaan pra-PON II di NTT, mendapat persetujuan dan rekomendasi dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) NTT akan tetapi dana yang diajukan belum di direalisasi.
"Rekomendasi tersebut sangat jelas, kepada kami untuk melaksanakan pra-PON dan rekomendasi tersebut tidak terlepas dari segala konsekuensi biaya. Kami sudah berulang-ulang kali melakukan negosiasi baik berupa surat-surat maupun proposal kepada KONI agar dana tersebut dapat direalisasi melalui anggaran umum atau anggaran tambahan di DPRD PROV NTT maka Sampai hari H tidak ada jawaban dari KONI".
Menurut Paman Sam bahwa hal tersebut
akan menjadi nilai buruk bagi NTT dan akan terjadi keributan karena seluruh kontingen dari 30 provinsi yang hadir sudah datang. Mereka sudah sampai dan disini tidak jadi realisasi kejuaraan pra-PON tahap II di Kupang maka akan ribut dan menjatuhkan nama baik Pemprov NTT.
"Sebelumnya kami sudah bertemu dan berdialog kalau untuk kegiatan pra-PON II di NTT mau dilanjutkan atau tidak mengingat tidak ada dana untuk itu. maka PJ Gubernur dalam hal ini diwakili oleh Asisten 1 dengan ketua DPRD Provinsi NTT menyampaikan kegiatan pra-PON jalan saja karena demi nama baik pemerintah daerah. Atas pernyataan itu maka kami jalankan kegiatan setelah itu kami cek anggaran ternyata KONI Provinsi tidak pernah mengajukan perubahan Anggaran untuk pra-PON II di Kupang,".
Kasihan perjuangan anak-anak tinju, latihan mencucurkan keringat dan darah bahkan nyawa dipertaruhkan di atas ring tapi KONI tidak memperhitungkan itu. Tinju adalah salah atau cabang olahraga super prioritas, olahraga andalan NTT seharusnya didahulukan ternyata tidak.
Kalau mau jadi pemimpin pengurus olahraga harus dengan tulus dan hati yang ikhlas. Jangan telantarkan atlet-atlet dan prestasi yang diraih.
"Saya minta Ketua Umum KONI untuk menjadi tuan rumah PON 2028 nanti itu juga menjadi catatan dan perlu pikir-pikir. Bapak lain dibibir lain di hati. Ketua KONI tolonglah setia dalam perkara kecil baru setia dalam perkara yang besar,".
Paman Sam meminta KONI NTT kalau mau lebih maju mari harus berbenah bersama-sama. Masih ada jalan terbaik.
"Kalau masalah ini tidak selesai maka kita akan bertemu di pengadilan. Saya tidak mengancam tapi biar pengadilan yang menentukan siapa yg salah dan siapa yang benar dan siapa yang berjasa dalam memperjuang hak-hak atlet,".
Para atlet tidur di rumah orang makan setengah mati tapi mereka adalah atlet berprestasi NTT. Mereka berjuang meraih prestasi untuk mengangkat nama baik NTT.
Ditempat yang sama Ketua Panitia pra-PON Cabor Tinju David Selan, SE., MM menyampaikan bahwa dirinya dan tim sudah melakukan upaya pendekatan secara persuasif bukan hanya satu kali namun berulang ulang dan jawaban yang didapatkan adalah kegiatan pra-PON harus jalan karena demi kepentingan NTT.
Masalahnya adalah kontingen dari 30 Provinsi dalam perjalanan dan sudah sampai di NTT tapi blm ada anggaran terus bagaimana dibatalkan atau dilanjutkan? Tanya Ketua panitia
"Jawaban dari Pemda bahwa jalan saja dan dilanjutkan dengan PJ Gubernur menyatakan tidak usah ragu kegiatan harus jalan. Akhirnya kami tetap maju dan jalankan pra-PON tapi sampai hari ini hingga akan berakhir 2 hari lagi dana yang dibutuhkan belum terealisasi,".
Menurut David bahwa panitia sudah bersurat bahkan memberikan proposal sebanyak empat kali ke KONI tapi tidak di respon.
"Tinggal dua hari lagi kegiatan pra-PON II sudah selesai pertandingan. Kalau sudah selesai dan tidak ada perhatian pemerintah kami mau kemana apakah wasit hakim akan tetap di Kupang? Kita tuan rumah berdasarkan rekomendasi KONI maka kita harus bertanggung jawab dalam hal ini KONI juga harus bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dilakukan dalam rekomendasi tersebut,".
Lanjutnya bahwa Ketua Pertina sudah menggunakan dana pribadi kurang lebih Rp.100 juta hingga Rp. 200 Juta untuk membiayai semua kegiatan pra-PON II.
"Biaya dari kantong pribadi bukan dari pemerintah oleh karena itu kami mengharapkan perhatian dari pemerintah. Saya mau beli tiket untuk wasit hakim, tapi tidak ada uang jadi bawa BPKB untuk bisa di gadai dan beli tiket lebih awal karena menjelang injury time maka tiket pesawat lebih mahal,".
David berterima kasih untuk bantuan dari Polda NTT dan Diaspora. Sebagai ketua ia berharap konsistensi dari pemerintah agar dana yang dibutuhkan dapat dicairkan. (*).